Selamat datang Bulan Ramadan.
Bulan penuh ampunan
Bulan penuh berkah
Kesempatan emas untuk berbuat kebaikan
Janji untuk lebih baik dari tahun ke tahun
Ya Rabb, berikan ketenangan di hatiku
Usir rasa gundah dan risau
Sirami dengan rahmat dan kasih sayangMu
Agar hamba mampu menyadari kebaikan dan kebenaran yang Kau anugerahkan
Sesungguhnya ibadah yang hamba lakukan, semata-mata untuk diri hamba sendiri
Bukan untukMu
Tapi itu kebutuhanku
Tutup aib-aib hamba
Maafkan dosa dan kesalahan hamba
Liputi hati hamba dengan rasa syukur
Jauhkan hamba dari sifat kufur nikmat
Berikan keluasan hati dan pemikiran
Sehingga ikhlas kehidupan ini hamba jalani
Amin
Bengkulu, 15 Juni 2016
Omi's Perspective
Life is journey. Trust your own journey and let God leads your way.
Selasa, 14 Juni 2016
Senin, 02 Mei 2016
LEARN FROM MISTAKE
Sms ibu pagi itu
membuat saya terenyuh. Pesan yang tidak hanya berisi kabar, melainkan tersirat
nasihat dan harapan. Dalam hidup, hikmah yang bisa kita ambil tidak hanya
berasal dari pengalaman hidup kita sendiri, melainkan kita dapat belajar dari
pengalaman orang lain. Pengalaman yang mengingatkan kita untuk tidak melakukan
tindakan bodoh yang sama, karena dampaknya pun akan sama seperti contoh yang
sudah ada di sekitar kita. Orang tua merupakan orang terdekat yang tentu saja
memiliki harapan dan doa bagi anak-anaknya. Harapan orang tua sebenarnya
tidaklah muluk-muluk, mereka tidak butuh materi dari anaknya, tidak butuh
anaknya membalas seluruh cinta sayangnya. Harapan orang tua hanyalah ingin
melihat anaknya tumbuh menjadi individu mandiri, yang baik dan berguna, tidak
melakukan perbuatan yang merugikan dirinya sendiri dan orang lain, serta tidak
mengkhianati kepercayaan mereka.
Sejenak saya termenung,
mengingat kejadian apa saja yang pernah saya alami dan lakukan dalam hidup. Dalam
hidup tentu saja manusia berbuat kesalahan. Penyesalan selalu datang di akhir
dan hal yang sudah terjadi tidak akan pernah bisa dirubah. Mungkin jika kita
sekedar menyesal dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi, hal tersebut cukup
menjadi obat bagi diri kita. Namun bagaimana dengan orang-orang yang kita
sayang ? Ketika kita mengkhianati kepercayaan yang sudah mereka berikan, apakah
kepercayaan itu akan tetap sama seperti semula ? tentu saja tidak. Kredibilitas
dan kejujuran kita sudah diragukan. Kadang kita mengira kesalahan yang kita
lakukan sederhana, padahal hal tersebut sangat melukai hati dan perasaan orang
yang kita sayang. Dan apakah di saat terpuruk, orang-orang terdekat kita akan
peduli dengan masalah kita ? atau malah acuh dan pergi. Kadang banyak orang
yang tidak sadar akan letak kesalahannya dan terus mencari pembenaran.
Bersyukurlah bila kita mampu menyadari
letak kesalahan tersebut dan bertekad untuk tidak melakukannya lagi. Memberikan
bukti bahwa kita pantas untuk dipercaya dan diberi kesempatan lagi. Meskipun
itu sulit namun cukup diam dan buktikan. Lakukan secara terus-menerus sehingga
menunjukkan bahwa kita benar-benar menyesal.
Tidak ada yang tahu apa
yang akan terjadi di masa depan. Namun, jangan pernah remehkan sekecil apapun
pelajaran yang kita dapatkan. Manusia tempatnya khilaf. Namun sebaik-baiknya
taubat adalah dengan tidak mengulanginya dan berubah menjadi taat. Hal tersebut
tidak mudah, perlu keteguhan hati dan istiqomah dalam menjalaninya. Kadang
krisis kepercayaan diri melanda, kita merasa sudah tidak pantas mendapatkan yang
terbaik, tapi ingatlah “Jangan pernah putus asa akan rahmatNya”. Selagi hidup
terus berjalan, sebelum semuanya terlambat, lakukanlah yang terbaik. Gagal coba
lagi, jatuh berdiri lagi.
Di zaman sekarang,
banyak kita temui orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa
yang mereka inginkan, hingga tidak tahu lagi mana jalan baik dan mana jalan
yang tidak disukai olehNya. Seiring berjalannya waktu, Tuhan menunjukkan kepada
saya apa artinya keberkahan dalam hidup. Menjadi taat memang sulit, tapi
buahnya sangat indah sekali. Butuh kesabaran yang tidak instan. Banyak orang
yang tidak percaya dengan proses. Banyak orang yang meragukan kemampuan
dirinya, tak yakin akan kuasa Tuhan sehingga memilih jalan pintas. Banyak orang
yang tak menyadari bahwa keberkahanlah yang akan terus mengalirkan kebaikan
dalam hidup. Harta yang berkah mendatangkan rasa aman, perbuatan yang diberkahinya
mendatangkan rasa syukur, hal bermanfaat mendatangkan kesuksesan untuk generasi
penerus. Libatkan Allah dalam setiap pengambilan keputusan. Semoga saya bisa
seperti itu.
Ibu selalu berpesan,
“nak, jangan pernah kamu tinggalkan shalat”. Sewaktu kecil saya hanya
mengiyakan nasehat itu tanpa menela’ah lebih dalam. Namun setelah dewasa saya menyadari
betapa hal tersebut sangat fundamental. Shalat memberikan penjagaan dan
ketenangan. Bahwa 24 jam sehari dalam hidup banyak kemungkinan yang bisa
terjadi, hal-hal buruk tak bisa kita duga, maka dengan memaknai shalat dapat memberikan
penjagaan bagi kita, membuka mata kita untuk menyadari yang benar dan yang
salah. Jauh dari Tuhan sangat tidak enak. Sungguh tak enak. Bila sudah terlalu jauh,
berbuat dosa bisa kita anggap biasa, benar dan salah sudah tak jelas bedanya. Mungkin
sebagian di antara kita pernah mengalami satu fase dalam hidup dimana kita
berada di tepi jurang berbahaya dan bila sedikit lagi melangkah, kita bisa
kehilangan segalanya. Hal yang susah payah kita bangun dapat hilang dalam
sekejap hanya karena kesalahan bodoh yang kita pilih tanpa pertimbangan yang
matang.
Orang tua tak akan
selamanya bersama kita, jangan kecewakan kepercayaan yang mereka berikan,
apalagi untuk memuaskan ego semata. Satu hal yang saya yakini, saya bisa sampai
di titik sekarang, semuanya tak luput dari peran doa orang tua. Kekuatan doa
mereka yang tulus menjaga saya. Saya manusia. Saya pernah salah dan lupa. Saya
hamba yang hina. Learn from mistake. Belajar dari kesalahan. Saat kita berada di
titik nol, ingatlah Tuhan kita dan apa tujuan hidup kita. Semoga saya diberi
kesempatan untuk membahagiakan orang tua di sisa umur mereka. Ampuni salah
hamba Ya Rabb. Jauhkan dari hal-hal buruk yang menghambat hal-hal baik datang, dekatkanlah
hamba dengan hal-hal yang mendatangkan kebaikan. Perjalanan hidup masih panjang
dan berliku. Bukan hanya kebahagiaan semu yang hamba inginkan, melainkan
kebahagiaan yang terus mengalir sepanjang hidup di dunia hingga akhirat. Semoga
hamba bisa memilih dan menata kehidupan yang diberkahi dan diridhai olehMu. Amin.
Jumat, 05 Februari 2016
THE POWER OF LOVE
Bicara soal cinta memang tak ada
habisnya. Cinta adalah hal klise yang sudah dikenal sejak adam hawa turun ke
bumi. Bagi saya pribadi, makna cinta
yang saya sadari dan rasakan jauh mengalami perubahan dibandingkan waktu yang
sudah-sudah. Apa itu cinta ? Bagi saya cinta adalah kata kerja. Mengapa demikian
? karena cinta adalah sesuatu yang harus diperjuangkan dan diperbaharui
sepanjang waktu agar cinta tersebut memberikan arti yang sebenarnya. Sempat
saya merasa bahwa cinta tersebut adalah hal lumrah yang pada akhirnya akan
menyatu sendiri jika memang sudah jodohnya. Namun ternyata itu tidak sepenuhnya
benar. Takdir mempertemukan saya dengan seseorang, namun jika cinta yang ada
tidak pernah dipupuk dan dibina maka tetap saja hasilnya nol. Kemudian saya
merubah pola pikir saya. Berarti cinta adalah sesuatu yang harus diperjuangkan
sekuat tenaga. Namun tenyata itu juga tidak sepenuhnya benar. Bagaimana kalau pasangan
kita tidak kooperatif, bagaimana jika hanya kita yang berjuang sementara
pasangan tidak, bagaimana jika komunikasi yang ada tidak memberikan kecocokan,
ya pada akhirnya akan bubar jalan juga. Kadang kita ingin dicintai, namun kita lupa
mencintai. Kadang kita alpa dan baru menyadari kesalahan kita saat semua sudah
terlambat. Namun itu bukan masalah. Karena pelajaran membuat kita semakin baik
dan tentu saja bisa bertemu dengan yang lebih baik dan menjalani hubungan dengan
cara yang lebih matang dan baik pula.
Dulu saya merasa pasangan saya harus begini,
harus begitu. Saya harus bisa begini dan bisa begitu. Menjalani hubungan yang
seperti ini dan seperti itu. Namun teori-teori super tersebut patah dengan hal
yang sebenarnya sangat sederhana dan membawa saya pada satu kesimpulan bahwa kunci
bahagia bukan seperti itu. Pada akhirnya yang terpenting adalah pasangan yang
membuat kita nyaman menjadi diri kita sendiri. Yang menerima kita apa adanya
dan tidak menuntut kita menjadi orang lain yang bukan kita. Yang bisa bekerja sama, Yang mengerti mimpi kita. Yang memiliki visi dan misi yang sama. Yang menunjukkan cintanya dengan nyata, tak hanya lewat kata. Dan saat itulah hati kita tersentuh dan merasa menyadari betapa luar biasanya Allah SWT yang telah menciptakan rasa cinta dan kasih sayang diantara makhluknya. Rasa yang tidak pernah bisa terbeli dan terganti dengan apapun.
Tak cukup kata untuk menggambarkan bahwa ternyata ada seseorang yang benar-benar menginginkanmu untuk menjadi pasangan hidupnya. Bukan hanya mengumbar rayuan agar tetap bersamanya, melainkan dengan sabar mengenali dan mempelajari kepribadian dan kebiasaanmu. Love doesn't force you to change, it inspires you so you change. Jangan berubah jadi pribadi lain yang bukan kita demi orang lain, namun berubahlah menjadi yang lebih baik karena menyadari kedua pihak memang harus bersama-sama berkembang mencapai satu tujuan. Saling bekerja sama menjadi tim yang solid. Itulah cinta yang sebenarnya.
Tak cukup kata untuk menggambarkan bahwa ternyata ada seseorang yang benar-benar menginginkanmu untuk menjadi pasangan hidupnya. Bukan hanya mengumbar rayuan agar tetap bersamanya, melainkan dengan sabar mengenali dan mempelajari kepribadian dan kebiasaanmu. Love doesn't force you to change, it inspires you so you change. Jangan berubah jadi pribadi lain yang bukan kita demi orang lain, namun berubahlah menjadi yang lebih baik karena menyadari kedua pihak memang harus bersama-sama berkembang mencapai satu tujuan. Saling bekerja sama menjadi tim yang solid. Itulah cinta yang sebenarnya.
The Power Of Love.
Kamis, 28 Januari 2016
ROLLER COASTER
Kamis malam, pukul 21.17 WIB. Tidak seperti biasanya,
rasa kantuk belum menyapa saya. Biasanya
pada jam-jam tersebut saya sudah mulai berwisata ke alam mimpi. Entah ada dorongan apa yang akhirnya menuntun
saya untuk membuka laptop dan mulai menulis di blog. Rasanya sudah lama sekali sejak saya memposting tulisan
pertama saya di blog ini. Menulis
adalah salah satu cara saya untuk mengungkapkan apa yang ada di hati dan
pikiran dengan bebas dan jujur. Bukannya tidak ‘punya waktu’, tapi saya memang
tidak ‘membuat waktu’ untuk menulis lagi. Mengapa saya bilang tidak ‘membuat
waktu ?’ karena saya tidak mau jadi orang yang sok sibuk seolah waktu lah yang
mengatur saya, padahal harusnya kitalah yang mengatur waktu dan mencetak momen,
bukan begitu ?
Sudah
setahun lamanya waktu terlewati. Seperti kebanyakan orang, tiap tahun saya
selalu berharap bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi, lebih baik lagi, dan
seterusnya. Ya tapi inilah hidup. Tak
selamanya mulus seperti apa yang kita rencanakan. Dan satu hal yang saya
yakini, hidup selalu menawarkan pilihan-pilihan. Membuat kita berpikir , bertindak
dan merasakan hal yang up and down layaknya rangkaian roller coaster. Pilihan itulah yang nantinya akan
mengarahkan kemana tujuan hidup ini akan kita bawa. Hidup adalah proses belajar
yang tiada henti. Walaupun di satu sisi kadang saya merasa gagal melakukan yang
terbaik, tapi saya bersyukur karena saya bisa menyadari bahwa proses yang kita
jalani adalah inti dari pelajaran hidup dan hasil apa yang akan kita petik nantinya.
Karena tidak semua orang bisa menyadari
hal tersebut dan cepat melakukan introspeksi diri.
Mungkin
dulu saya adalah pribadi yang belum peka dengan lingkungan sekitar. Belum peka
di sini bukan berarti saya tidak memiliki toleransi, tenggang rasa, apatis dan
masa bodoh. Namun yang saya maksudkan di sini adalah, diri saya kurang terdidik
untuk melihat persoalan dari sudut pandang yang berbeda dan mudah menjudge dan mengambil kesimpulan terhadap sesuatu. Dan sikap seperti
itu tentu saja tidak fair dan lambat laun dapat menghambat saya untuk berkembang. Jika kita ingin
mengambil waktu untuk lebih banyak menyimak dan mendengar maka itulah hal yang
akan memperkaya diri kita. Sungguh saya merasa bersyukur diri saya bisa bertemu
dan berinteraksi dengan banyak orang dengan segala tingkah polanya yang tidak
pernah saya bayangkan sebelumnya. Saya berusaha mendidik diri saya bahwa apapun
yang terjadi dalam hidup harus bisa dihadapi, dinikmati, dan dilihat sisi
positifnya. Saya yakin tidak ada yang sia-sia, karena pasti ada kebaikan untuk
diri saya di kemudian hari. Manusia memang tidak bisa jadi sempurna, namun sesulit
apapun saya berusaha untuk mengedepankan kebaikan sebagai pondasi saya dalam berbuat
sehari-hari. Saya sadar betapa pentingnya kita menanamkan kesabaran, doa dan
ketekunan dalam menjalani realitas kehidupan. Seiring berjalannya waktu,
prioritas hidup saya pun mengalami pergeseran. Dulu, saya fokus untuk lulus kuliah
dengan hasil yang baik, kemudian mendapat pekerjaan yang baik. Lalu selanjutnya
apa lagi ?
Tahun 2015 lalu, bisa dibilang adalah tahun yang “full of
something new” bagi saya. Awal tahun
tepatnya pada Tanggal 1 Januari 2015, saya bersama kakak dan seorang teman
pergi berlibur ke Singapura. Bagi
sebagian orang itu mungkin hal yang biasa. Tapi itu merupakan pengalaman saya pergi ke luar
negeri untuk pertama kalinya dan terasa spesial bagi saya. Setidaknya salah satu cita-cita saya sudah
tercapai. Kemudian dalam hal pekerjaan
di kantor saya merasa ada peningkatan karena hal yang saya lakukan tidak melulu
yang itu-itu saja. Saya diberi kesempatan untuk melakukan bermacam job desk baru dan tentu saja hal
tersebut memberikan masukan ilmu pengetahuan baru yang sangat berharga bagi saya. Dua kegiatan
pendidikan dan pelatihan pun berhasil saya lewati dan selesaikan, yaitu diklat
fungsional penyuluh pertanian serta diklat prajabatan. Itu berarti saya sudah
sah menjadi PNS dan sudah sah pula memegang jabatan sebagai Penyuluh Pertanian.
Soal karier bisa dibilang lancar jaya. Namun soal percintaan, saya kembali
gagal. Saat mengetik bagian ini pun saya hanya menyengir kuda. Bukan apa-apa,
tapi saya merasa pengalaman percintaan saya seperti humor namun kaya makna. Cinta
yang bahkan umurnya lebih muda daripada jagung. Tapi saya sangat bersyukur. Pengalaman
kegagalan itu justru membuat saya mengenal diri saya lebih dalam, mengerti apa
yang harus diperbaiki dan mengetahui apa sebenarnya hakikat cinta, dan jenis
cinta serta pasangan seperti apa yang saya cari dan layak saya perjuangkan. Di
usia saya yang sekarang ini, memang sudah waktunya saya berpikir serius tentang
pendamping masa depan. Walaupun prosesnya panjang dan berliku tapi saya
berusaha untuk sabar dan terus memperbaiki diri.
People come and go. Tibalah pada momen dimana seseorang baru kemudian
hadir dalam hidup saya dan memberikan warna-warni luar biasa. Sosok yang tidak
pernah saya duga sebelumnya. Memang realita yang ada menyebabkan kadang saya
pesimis dan ingin menyerah untuk menjalaninya. Tak jarang saya sedih namun kemudian
berpikir kritis. Tetapi saya tidak menyangka bahwa saya menemukan banyak sekali
harta karun terpendam dalam dirinya. Pelajaran dan nasihat yang benar-benar
membuka mata, hati dan pikiran saya. Sosok yang membuat saya betul-betul berada
dalam teka-teki dan berusaha berpikir jernih dan berusaha untuk merasa dengan
hati lagi, lagi dan lagi. Sosok yang membuat saya nyaman menjadi diri saya
sendiri. Sosok yang membuat saya takjub karena dia bisa menguraikan sesuatu
dengan tepat dan tidak putus asa mencari jalan keluar. Sosok yang membuat saya
kagum dan bahagia tiada tara. Sosok yang membuat saya betul-betul merasakan “team work”. Bisa memposisikan dirinya sebagai
pemimpin dan membuat saya seperti menemukan cerminan diri. Memiliki visi dan
cara pencapaian yang sama. Sosok dimana
semua terasa tidak ada kepalsuan dan mengalir apa adanya. Sosok yang selalu
berusaha menghidupkan dan merawat yang ada terus, terus dan terus. Seperti halnya menaiki roller coaster, awalnya saat memulai kita memang merasa takut
sekaligus excited dan bahagia. Namun
setelah dijalani ternyata memang tidak mudah, panjang, dan berliku. Tapi yakinlah,
setelah perjalanan itu berhasil
dilewati, ada rasa lega sekaligus bahagia yang tak tergambarkan. Setidaknya kita sudah berusaha. Semoga begitu
juga dengan perjalanan ini. Seperti yang saya sebutkan di awal, hidup memang layaknya Roller Coaster. Bahagia dan sedih silih berganti tapi pasti mampu dilewati. And You. Yes You.
You are my Mr. Roller Coaster :*
Kamis, 15 Januari 2015
KALEIDOSKOP 2014
` Tak terasa waktu bergulir membawa
kita ke penghujung tahun 2014. Tahun 2015 sudah menyongsong di depan mata.
Banyak peristiwa yang terjadi dalam hidup saya di sepanjang tahun 2014, baik
itu suka, duka, cita, asa dan harapan. Semuanya susul menyusul terjadi dan
memberikan kesan membekas di hati. Di
tahun dimana saya menginjak usia seperempat abad ini, begitu banyak pelajaran
dan hikmah yang bisa saya petik untuk saya jadikan pijakan dalam menghadapi
tantangan kehidupan di tahun-tahun mendatang. Dua puluh lima tahun bukanlah
usia yang terbilang muda, bisa dikatakan usia tersebut merupakan usia matang
dimana saya harus mulai menata masa depan saya, perlahan membangun impian saya
dan melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk orang-orang di sekitar saya. Bermula
dari kegamangan saat harus dihadapkan oleh pilihan sulit dalam hidup yang harus
segera saya putuskan demi kelanjutan masa depan. Saat itu September 2013. Kakak
kandung saya yang biasa saya panggil dengan sebutan Mbak tiba-tiba menelpon dan
memberikan info bahwa pada tahun tersebut akan diadakan perekrutan CPNS di
Provinsi Bengkulu, tempat dimana saya berasal. Saya yang sudah bekerja di salah
satu perusahaan swasta bergensi milik asing di ibukota kala itu, tentu saja cukup penuh pertimbangan untuk
mengikuti seleksi tersebut. Apalagi bisa dikatakan saya sudah cukup nyaman dan
mapan bekerja di sana. Belum lagi dengan segala ilmunya yang membuat diri saya
terus berkembang. Terus terang menjadi PNS bukanlah keinginan dan cita-cita
saya. Keluarga inti saya yaitu ibu, ayah dan mbak semuanya berprofesi sebagai
PNS dan entah mengapa saya tidak ingin mengikuti jejak mereka. Cukuplah mereka
saja. Alasannya sederhana karena saya ingin lebih mengexplore kemampuan
yang ada dalam diri saya dan mengapai semua impian-impian yang saya rasa sulit
tercapai apabila saya berprofesi sebagai PNS. Melihat kehidupan PNS yang
notabenenya adalah zona nyaman, membuat minat saya kurang terpanggil.
Setelah 4 tahun menuntut ilmu di salah satu perguruan tinggi
negeri di Bogor dan lulus pada tahun 2011, saya diterima bekerja di perusahaan
swasta sejak tahun 2012. Terhitung sudah hampir 2 tahun saya hijrah ke ibukota
dan bekerja di sana. Dengan gaji yang cukup besar bagi seorang fresh graduate
dan pengalaman bekerja yang sangat dinamis, rasanya berat bagi saya untuk
meninggalkan profesi dan pekerjaan saat itu. Suatu malam saat lelah selepas pulang bekerja
tiba-tiba saya merasakan kerinduan yang teramat dalam dengan orang tua dan
suasana rumah, seketika itu juga saya
teringat dengan pengumuman tes CPNS yang ditawarkan oleh mbak saya. Hati kecil
saya terketuk, “ah, tidak ada salahnya mencoba, lagi pula saya belum pernah mengikuti
tes CPNS”. Mulai dari situlah saya
bergerak mempersiapkan syarat pendaftaran dan mengirimkan berkas lamaran. Tes
dijadwalkan akan diadakan pada bulan November 2013. Di sela-sela bekerja saya
curi-curi kesempatan untuk membuka buku dan belajar mempersiapakan tes. Subuh
sebelum berangkat kerja saya sisihkan waktu untuk mengerjakan simulasi
soal-soal. Dengan bermodal nekat dan iseng akhirnya hari itu Senin 11 November
2013, saya berangkat ke Bengkulu untuk mengikuti tes. Atasan saya di kantor
tentu saja tidak akan memberikan izin apabila saya memberitahu akan mengikuti
tes tersebut, karena itu pagi harinya sebelum tes berlangsung baru saya
memberitahu atasan bahwa saya tidak dapat masuk kantor pada hari itu
dikarenakan ada urusan keluarga mendadak. Tentu saja mau tidak mau atasan memberikan
izin. Ditemani oleh formasi keluarga lengkap, ayah, ibu dan mbak, saya
mengikuti tes. Rasanya seperti mimpi. Satu setengah jam terasa begitu cepat
dengan hasil tes yang langsung dapat diketahui oleh peserta. Dengan penuh rasa
penasaran, saya keluar dari ruangan tes untuk melihat berada di posisi mana
nilai saya. Dan ternyata saya lulus passing grade dan berada di urutan
ke-2. Rasa bahagia dan haru membuncah jadi satu. Saya telah lulus tes CPNS.
Entahlah, begitu cepat arah nasib
membelokkan haluan saya dan mengharuskan saya untuk segera memilih. Jika saya tetap bekerja di Jakarta, mungkin
kesempatan saya berkembang akan lebih besar. Belum lagi peluang kenaikan
jenjang karier yang perlahan mulai terbuka seiring dengan peningkatan kapasitas
diri yang senantiasa saya lakukan. Namun
jika saya memilih menjadi CPNS maka saya bisa kembali ke kampung halaman dan
mengabdi di sana, berada kembali dekat dengan orang tua setelah enam tahun
lamanya merantau serta menjalani pekerjaan yang dikatakan “aman & terjamin”
bagi sebagian orang. Di titik itulah
saya mengalami pergolakan batin hebat dan sulit untuk memutuskan pilihan.
Adalah seorang Iqbal. Teman saya sewaktu kuliah. Mengetahui
saya mengikuti tes CPNS dan diterima, dia cukup berperan dalam memberikan
masukan kepada saya yang sedang dilanda kebingungan. Obrolan kami buka sambil menikmati
sepiring pisang bakar dan susu coklat di sore itu. Tiba-tiba Iqbal menghabiskan
setengah gelas susu coklat miliknya dan mulai membuka perbincangan. “Mik, lo
liat gelas susu yang habis gua minum ini kan. Isinya tinggal setengah. Lo
ngeliat gelas ini apakah setengah kosong atau setengah penuh?”, ujarnya dengan
wajah serius. Mendengar pertanyaan seperti itu membuat saya sejenak berpikir,
“hmmmm... setengah penuh bal gua rasa”. Kemudian ia menimpali lagi jawaban saya
“ya terserah lo mau jawab setengah kosong atau setengah penuh, semua tergantung
perspektif dan sudut pandang lo. Diantara dua pilihan itu ga ada jawaban yang
benar atau yang salah, karena ga ada kebenaran mutlak di muka bumi ini mik. Begitu
juga dengan realita yang harus lo hadapi sekarang. Lo harus memilih karier lo
ke depan dimana kedua pilihan tersebut mempunyai sisi plus dan minusnya.
Kalau saran gua ikuti kata hati lo. Apapun yang lo pilih nanti pasti akan baik
buat lo selagi lo selalu bisa melihat sisi positif dari pilihan itu. Tapi ingat, jangan pernah menyesal dan jangan
pernah menyalahkan orang lain atau mencari kambing hitam atas pilihan yang
sudah lo buat. Dengan begitu lo selalu bisa menjalani kehidupan lo dengan hati
ikhlas dan tanpa beban. Di kehidupan lo ke depan nanti pasti makin banyak dan
rumit pilihan-pilihan yang mesti lo putuskan. Ini baru permulaan mik. Dan gua
yakin lo hebat dan bisa menjalani semua dengan sebaik-baiknya”. Sejenak saya terenyuh dan berpikir. Ya benar
apa yang sahabat saya Iqbal kemukakan. Ga ada pilihan yang buruk dan
benar-benar tepat. Semua tergantung
bagaimana saya menyikapinya. Saya harus segera memutuskan.
JANUARI
2014
Laju kereta dari stasiun cawang
menuju Bogor terasa sangat lambat pagi itu. Kenyataan bahwa saya harus
melegalisir ijazah sarjana saya sebagai syarat melengkapi berkas CPNS membawa
langkah saya kembali ke kampus IPB. Ya saya sudah memutuskan untuk meninggalkan
ibukota dan memilih bekerja sebagai CPNS. Mungkin inilah jawaban dari doa ibu
saya yang ternyata sudah tak ingin terlalu lama berjauhan dengan anaknya. Tekad
saya sudah bulat. Keputusan itu sudah saya ambil.
FEBRUARI
2014
Raut wajah sedih dan kehilangan tak
sanggup saya lihat dari rekan kerja saya, Yuan dan Mudi. Mereka berdualah rekan
kerja satu tim yang sangat dekat dengan saya. Apalagi kami berasal dari
almamater yang sama. Ya akhirnya tiba waktu saya harus resign dan
meninggalkan kantor yang telah sangat berjasa membentuk dan menempa saya dengan
segudang pengalaman dan ilmunya. Senja itu kami mencoba tertawa lepas dan
bercerita seru di ruang kantor kami yang terletak di lantai 21. Ah, kalian
terlalu manis dan menyenangkan untuk ditinggalkan kawan. Namun kesedihan tak
berhasil kami tutupi dari diri kami masing-masing. Perpisahan pasti akan
terjadi jika pertemuan sebagai awalnya. Belum lagi ketika saya memeluk erat
manager sekaligus mentor yang sangat saya kagumi dan saya apresiasi etos dan
integritas kerjanya, ibu Sintha. Jika ada wanita yang disebut hebat dialah satunya.
Beliau tidak hanya cerdas namun juga berhati mulia. Teringat waktu Ayah saya
divonis menderita kanker kelenjar getah bening stadium 1e dan diharuskan
menjalani perawatan intensif selama 6 bulan di Yogyakarta, beliaulah yang senantiasa
menghibur dan memberikan dorongan semangat kepada saya untuk tetap tegar dan
yakin bahwa semua akan baik-baik saja. Tak lupa juga saya ucapkan terima kasih
kepada Mr. Lee. Direktur kami yang berkebangsaan Korea dan acap kali meminta saya
menyiapkan data dan membantunya. Ketelitian dan kecerdasannya sangat saya
acungi jempol. Beliau banyak membuka wawasan saya. Dari beliau juga saya banyak
belajar bagaimana cara berpikir taktis dan cermat dalam mengambil keputusan. Ya
hari itu saya berpamitan dengan seluruh rekan-rekan di kantor. Sayonara. Saya
pergi untuk meneruskan cerita hidup yang sudah saya pilih jalannya.
MARET
2014
Kota Bengkulu terasa begitu asing bagi saya. Terbiasa
berada di tengah hiruk pikuk ibukota dan sekarang berada di kota yang tak
seriuh ibukota membuat saya sejenak menemukan ketenangan jiwa. Belum lagi kegiatan
yang dulunya sangat padat dan sibuk dari pagi hingga malam hari membuat tubuh
dan otak saya seolah terpenuhi dahaganya. Hari itu saya mengikuti pembekalan
CPNS. Lagi-lagi semua terasa begitu asing. Pertemuan dan perkenalan pertama
saya dengan teman-teman yang ditempatkan diinstasi yang sama terjadi pertama
kali di hari itu. Kami semua berjumlah 13 orang. Kejutan lain yang saya temui
adalah saya harus menerima fakta bahwa kantor saya cukup jauh dan untuk menuju
kesana diperlukan waktu sekitar 20-30 menit dengan jarak tempuh ±12 km dan
harus melewati daerah yang lumayan sepi. Hal tersebut terasa cukup berat bagi
saya yang selama ini tidak pernah menghadapi kondisi tempat kerja seperti itu.
Lagi-lagi saya belajar ikhlas dan menerima. Tak hanya soal adaptasi pekerjaan,
adaptasi hubungan percintaan pun juga harus saya hadapi. Saya terpaksa harus berpisah
dengan seseorang spesial yang sudah saya kenal selama 4 tahun belakangan sejak
kami sama-sama duduk di bangku kuliah. Orang tersebut biasa saya panggil “Aa”. Aa
adalah sosok pribadi yang baik, santun, pintar dan jago bermain musik. Jarak membuat
intensitas komunikasi kami menjadi berkurang. Belum lagi dari awal saya
memutuskan pindah kerja, kami memang sudah pesimis untuk melanjutkan dan
berjuang bersama untuk kelanjutan hubungan ke depan. Mungkin karena ego
masing-masing yang masih ingin fokus berkarier dan belum terlalu ingin
menjalani hubungan ke arah yang lebih serius. Ya akhirnya kami memutuskan untuk
berpisah dan meraih impian masing-masing. Terasa cukup berat memang bagi saya,
namun keyakinan bahwa semua demi kebaikan bersama membuat saya menjalaninya
dengan legowo.
APRIL
2014
Dunia birokrasi dan pemerintahan terasa baru dan cukup
mencengangkan. Bagi saya tidak begitu sulit pekerjaan yang harus saya hadapi,
semua bisa diselesaikan. Namun faktor SDM dan sistem administrasi yang
bertele-tele acap kali menjadi kendala. Bagaimana bisa hal sepele menjadi begitu
dibesar-besarkan, bagaimana bisa suatu hal yang harusnya menjadi prioritas dan
fokus penting malah dikesampingkan, dan bagaimana bisa regulasi sistem yang
diterapkan terasa kacau dan tak tepat sasaran. Saya memang hanya bagian kecil
dari sistem besar yang sudah lama terbentuk. Berangkat dari pengalaman di dunia
kerja yang pernah saya jalani sebelumnya, saya merasa betapa kurang dinamisnya
kondisi pekerjaan yang saya lakoni sekarang. Tidak mungkin saya bisa mengubah
semua sesuai dengan apa yang saya inginkan sementara saya hanyalah pemain baru
yang masih butuh banyak adaptasi. Terkadang saya merasa gregetan sendiri dengan
atmosfer kantor yang saya rasakan kurang cocok dengan tipikal saya. Tapi saya
yakin perubahan ke arah lebih baik itu pasti ada. Meskipun perubahan sesuai
jalur yang benar kita lakukan sedikit demi sedikit namun lambat laun pasti akan
menuai hasil. Saya percaya itu.
MEI
2014
Diikutsertakannya kami ke 13 CPNS baru dalam tim
perencanaan APBD di kantor membuat hari-hari saya seolah ditelan kesibukan. Selain
itu saya juga mulai mendalami jobdesk yang harus saya kerjakan. Hal baru
selalu membuat saya tertantang untuk mempelajarinya. Perlahan saya mencoba
menikmati pekerjaan dan belajar mengikuti alur birokrasi yang ada. Keakraban
dengan teman-teman baru pun mulai terjalin. Kami mulai saling mengenal,
menjajaki sifat satu sama lain dan menikmati setiap momen-momen bersama sambil
menyelesaikan pekerjaan. Namun perihal efektivitas dan efisiensi kerja masih
menjadi hal prinsip yang sulit saya terima. Pekerjaan yang menurut saya bisa
diselesaikan sesuai dengan jam kerja yang ada, realitanya harus dibuat lembur berhari-hari
dengan deadline yang tidak jelas. Hal tersebut cukup membuat saya
mengernyitkan dahi. Pengoptimalan dan manajemen SDM yang baik memang belum
dirasakan sepenuhnya. Pengalaman-pengalaman baru yang saya alami memberikan
sisi berbeda bagi pola pikir saya. Begitu banyak pelajaran dan ilmu kehidupan
yang bisa saya ambil. Kehidupan sosial baru yang saya jalani membuat saya tahu
bahwa betapa beragamnya manusia dengan segala sifatnya dan betapa berbedanya
pola pergaulan yang saya jalani sekarang. Ah, inilah fenomena yang digambarkan
oleh peribahasa “lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya” .
JUNI
2014
Kedekatan dengan salah satu rekan kerja sekantor membuat
hari-hari saya menjadi lebih berwarna. Intenstitas pertemuan dan keakraban yang
perlahan mulai terbangun menimbulkan kedekatan di antara kami. Apalagi dengan
status kami yang saat itu sama-sama single. Dari awal memang ia berusaha
mendekati saya. Namun perasaan ragu masih menyelinap di hati. Selain karena usianya
yang terpaut lebih muda satu tahun di bawah saya, saya menganggap usahanya
untuk mendekati saya hanyalah iseng dan lelucon belaka. Maka saat itu saya
belum berani untuk mengatakan “iya” untuk menjalani hubungan spesial dengannya.
Namun seiring berjalannya waktu ternyata ia tetap berusaha meyakinkan saya dan
menunjukkan sisi tanggungjawab dan kedewasaannya sebagai pria. Hal tersebut
membuat hati saya luluh dan berani mengatakan “iya” untuk menjalin hubungan
serius dengannya. Tidak ada salahnya mencoba dan menerima. Kepribadiannya
perlahan membuat saya kagum. Kegigihan dan jiwa kepemimpinannya memang patut
diacungi jempol. Harapan tentu saja tumbuh di hati kami masing-masing. Sempat
terbersit bahwa semoga ini menjadi yang terakhir dalam perjalanan pencarian cinta
kami. Ah, hidup memang penuh misteri. Saat kita kehilangan, Tuhan mempertemukan
dan memberikan ganti dengan caraNya sendiri.
JULI
2014
Hari itu Selasa, 1 Juli 2014. Seusai
melaksanakan shalat dzuhur di mushalla kantor, saya segera kembali ke
ruang kerja. Dengan santai saya berjalan ke arah meja kerja dan membuka tas
saya yang tergeletak di meja. Betapa kagetnya saya saat membuka tas dan
menemukan setangkai bunga mawar merah yang sudah berada di dalamnya. Ya, hari
itu adalah hari ulang tahun saya yang ke-25. Ayank, panggilan sayang
saya untuk sang pacar, ternyata mencoba memberikan surprise. Bahagia dan
tersipu malu saya alami kala itu. Wanita mana yang tidak senang dan tersanjung jika
diberi bunga dan diperlakukan romantis. Belum lagi saat tiba di rumah,
ibu, ayah dan mbak juga telah menyiapkan kejutan. Saya merasa sangat bersyukur
dikelilingi oleh orang-orang yang menyayangi saya. Indahnya bulan
Ramadhan juga saya rasakan di bulan ini. Setelah 7 tahun merasakan Ramadhan di
tanah rantau, akhirnya tahun ini saya bisa merasakan kembali suasana berpuasa
di kampung halaman. Sungguh bahagia rasanya. Bisa berkumpul kembali dengan
keluarga dan merasakan nikmatnya masakan ibu yang selama ini didamba. Belum
lagi dengan ritual mudik yang mau tak mau saya coret dari list kegiatan
tahunan saya tiap idul fitri tiba. Ya,
tak ada lagi yang namanya mudik. Tak ada lagi booking tiket pesawat dari
jauh-jauh hari. Sekarang semua terasa begitu dekat dan seolah tak berjarak. Keluarga
adalah segalanya.
AGUSTUS 2014
Semakin hari semakin banyak hal baru
yang saya pelajari. Saya pun mulai enjoy dan beradaptasi dengan
lingkungan dan orang-orang sekitar. Terkadang saya menyisihkan sedikit waktu
untuk sekedar merenung dan berpikir. Hidup ini adalah proses belajar yang tiada
henti. Tiap orang dan peristiwa adalah guru terbaik bagi kita. Tidak ada yang
sia-sia selagi kita bisa mengambil pelajaran dari sana. Kerinduan akan teman-teman
dan aktivitas yang dulu sempat saya jalani terkadang menyeruak menyesakkan
dada. Namun bukankah kehidupan ini adalah sesuatu yang dinamis ? Perubahan
adalah hal mutlak yang harus kita terima bukan ? Jangan pernah takluk dengan
keadaan. Dan impian harus tetap kita genggam agar tahu kemana arah usaha kita. Satu
hari itu di momen ulang tahun ayank yang ke-24 saya menyempatkan diri datang
menghampirinya sekaligus menjenguk bapaknya yang sedang dirawat rumah sakit
karena penyakit diabates yang sudah lama dideritanya. Tak bosan saya memberikan
dukungan moril agar ia senantiasa tetap semangat mendampingi bapak dalam
menjalani salah satu ujian dari Allah SWT ini. Sempat saya bercerita bahwa dulu
saya juga pernah mengalami masa-masa sulit seperti ini ketika ayah sakit dan
kami diharuskan bergantian menjaganya yang harus dirawat jauh di seberang pulau
sana. Setelah badai ujian kesabaran dan keikhlasan itu kami sekeluarga lewati,
ternyata ada sesuatu yang indah menanti setelahnya. Jangan pernah ragu akan
ketetapan Allah. Allah pasti akan memberikan yang terbaik untuk hambaNya selagi
hambaNya tetap istiqomah dan berserah. Di akhir pertemuan saya berikan kado
ulang tahun untuknya dan diterimanya dengan wajah terkejut sekaligus senang.
Tidak seberapa namun Insha Allah berguna. “Terima kasih yank”, ujarnya lirih.
SEPTEMBER 2014
Aktivitas di luar ruangan memberikan
keseruan tersendiri bagi saya. Meskipun kulit menjadi sedikit eksotis namun
kegiatan bercocok tanam terasa amat menyenangkan. Buah naga dan jagung adalah
dua di antara komoditas pertanian yang kami usahakan. Ya meskipun bisa dibilang
cuma sarana belajar di lahan terbatas, namun cukuplah untuk membuka wawasan
saya yang selama ini terlalu asik dengan teori. Siang hari sehabis dari lapang,
saya kembali ke ruang kerja dan berkumpul dengan rekan-rekan yang lain. Dan
entah kenapa topik mengenai jodoh dan pernikahan menjadi issue krusial
akhir-akhir ini. Seolah tak bosan dan tak ada habisnya hal tersebut selalu dibahas
dan diperdebatkan. Di antara kami ber-13 memang terdapat 7 orang yang masih single
dan 2 pasang di antara kami mengalami cinta lokasi. Mulai dari kriteria memilih
jodoh dan kehidupan pernikahan semuanya dikupas hingga detail. Semua berlomba-lomba
mengutarakan pandangan dan pendapatnya hingga tak jarang hal tersebut hanya
menjadi debat kusir dan diskusi alot belaka tanpa penyelesaian. Saya pribadi sejujurnya belum terlalu berpikir
ke arah pernikahan. Memang suatu saat hal tersebut mau tak mau harus saya
persiapkan, namun saya merasa itu belum terlalu urgent untuk saat ini.
Inilah salah satu realitas unik yang kembali saya temui. Pola pikir dan budaya
orang-orang di sini beranggapan bahwa jika seorang pemuda dan pemudi sudah
bekerja dan dewasa lantas apalagi yang ditunggu, harus segera memilih pasangan
hidup. Menikah seolah merupakan garis finish. Namun untuk masyarakat modern
di kota besar mungkin pola pikir tersebut telah mengalami sedikit pergeseran. Buat
apa buru-buru menikah toh masih banyak impian yang harus diraih. Lagipula apabila
dengan status single sudah bisa merasakan kebahagiaan sendiri buat apa
cepat menikah. Obrolan seru siang itu lagi-lagi diakhiri dengan gelak tawa. Entah
siapapun pasangan hidup saya kelak, untuk saat ini saya hanya bisa berusaha
menjadi versi terbaik dari diri saya dan berdoa. Dan saat itu juga terbersit
keinginan saya untuk menetapkan target menikah. Usia 26 tahun sepertinya pas.
Semoga. Insha Allah.
OKTOBER
2014
Seperti halnya roda yang terus berputar, begitu juga
dengan kehidupan yang saya jalani. Di bulan ini kembali saya mengalami ujian
kesabaran yang hampir menguras emosi saya. Hubungan saya dengan ayank yang
semula baik-baik saja, tiba-tiba mengalami perubahan drastis menjadi kondisi
buruk yang sungguh tidak saya mengerti. Di awal bulan saat kami masih masih terlibat
dalam satu tugas pekerjaan yang sama, hubungan kami masih berjalan mulus tanpa
masalah. Namun kemudian semua berubah saat kabar merupakan hal langka yang bisa
saya dapatkan dari dirinya. Sudah hampir
2 minggu setiap saya mencoba berkomunikasi ia sangat sulit dihubungi. Belum
lagi ia sedang ada tugas di luar kantor sehingga intensitas pertemuan kami
memang berkurang. Dalam hati saya
bertanya-tanya. Apa sesungguhnya yang terjadi ? Namun saya tetap tidak putus
asa menghubunginya dan tetap berpikir positif. Sesekali ia membalas BBM atau
SMS saya, namun yang saya dapatkan hanya jawaban pendek dengan respon yang
kurang antusias. Telepon dari saya pun hanya didiamkan saja nyaris tak pernah
diangkat. Dari situ saya mulai berpikir bahwa ada sesuatu yang salah dan tidak
beres dalam hubungan kami. Seketika saya mencoba melakukan introspeksi diri.
Apakah ada kesalahan fatal yang sudah saya buat sehingga menyebabkan ia
betul-betul marah dan merubah sikapnya terhadap saya ? Memori saya berlari ke
belakang mencoba mengingat-ingat. Mungkin selama ini saya terlalu cuek dan
kurang peka. Atau ada ucapan saya yang membuat ia tersinggung ? Ah, atau
mungkin ia sedang pusing karena ada masalah ? Selama ini saya selalu berusaha berkomunikasi
secara terbuka dan jujur dengannya, namun ternyata ia bukanlah tipe orang yang
mudah mengutarakan apa yang ia rasakan dan lebih memilih memendamnya sendiri.
Hal tersebut akhirnya menjadi bom waktu bagi hubungan kami dan akhirnya tak
tertahankan sehingga tiba pada satu titik permasalahan. Padahal komunikasi
adalah pondasi terpenting dalam sebuah hubungan. Tak bosan-bosan saya
menawarkan bantuan jika ia membutuhkannya dari saya. Dan tak lelah saya
berusaha menghampirinya sekedar menyapa untuk mencairkan suasana. Ritual pergi
dan pulang kantor bersama tidak terjadi lagi, padahal momen itulah yang saya
harapkan bisa menjadi sarana mediasi kami untuk membicarakan apa yang sebenarnya
terjadi. Dari situ saya merasa ia sudah tidak mau berusaha duduk bersama
menyelesaikan semuanya. Sempat saya berpikir bahwa ini semua tidak adil. Kenapa ia tidak jujur terhadap apa yang ia
rasakan ? kenapa ia tidak bilang langsung ke saya bila ada hal yang tidak ia
sukai dari saya agar saya bisa memperbaiki diri ? Bagi saya dalam hubungan
memang tidak akan ada pasangan yang bisa cocok seratus persen. Namun selalu ada
cara untuk bersama jika kedua pihak mau bekerja sama dan sama-sama berusaha
mencapai tujuan ke arah yang lebih baik. Jika satu pihak sudah lelah dan tidak
mau berusaha lagi maka mau tidak mau hubungan sudah tiba diambang kehancuran. Setiap
saya mencoba untuk berkomunikasi dengannya dan mencari titik terang, maka
semakin keras pula usahanya untuk menjauh dari saya. Terlampau jengah akhirnya
tiba saya pada kesimpulan bahwa ia sudah tak ingin lagi bersama saya. Ia ingin
mengakhiri hubungan ini namun mungkin tidak tega mengutarakannya langsung
kepada saya karena takut terhadap respon saya apabila mengetahui hal tersebut.
Ah, dangkal sekali bila kau berpikir seperti itu teman. Saya bukan seorang
pengecut yang tidak bisa menerima kenyataan yang ada. Namun sikapnya tersebut
saya maklumi, mungkin semata ia tak ingin saya merasa tersakiti. Dengan besar hati saya sudah siap menerima
jika kenyataan perpisahan itu benar terjadi.
NOVEMBER
2014
Perintah
tugas dari kantor mengharuskan saya untuk berangkat ke Bogor di awal bulan
untuk mengikuti pelatihan selama 4 hari. Segala sesuatunya saya persiapkan
dengan matang. Sebelum hari keberangkatan saya bertekad untuk menyelesaikan
masalah hubungan saya yang masih menggantung. Jika memang ia tidak berani
memutuskan maka sayalah yang harus inisiatif maju duluan meminta kejelasan.
Kami tak bisa berlarut-larut berada di zona abu-abu seperti ini. Semuanya harus
clear. Sore itu sehabis pulang kerja saya mampir terlebih dahulu ke
rumah atasan karena ada sedikit pekerjaan yang harus diselesaikan. Selepas
maghrib dengan masih berpakaian dinas lengkap karena belum sempat pulang ke
rumah, saya datang menuju rumah Ayank semata-mata dengan tujuan untuk mencari
solusi. Jika memang harus berpisah ya sudah kita putuskan dengan baik-baik,
namun jika memang masih ada keinginan untuk bersama maka saya siap diajak
berdiskusi dan bekerja sama untuk memperbaiki semuanya. Sangat disayangkan
memang. Namun saya juga tak bisa memaksakan. Malam itu kami akhirnya resmi
berpisah. Ya, keputusannya kami harus mulai menjalani kehidupan masing-masing
tanpa satu sama lain. Mungkin kami memang belum berjodoh. Alasan mengapa ia
menjauh dan tak mau berjuang bersama lagi sudah tak perlu saya pertanyakan.
Buat apa. Toh memang sudah tak ada usaha. Saya tak pernah menyangka bahwa
secepat ini semua harus berakhir. Namun inilah yang terbaik. Perasaan lega
menyeruak di dada. Semua sudah jelas sekarang.
Saya harus tetap melanjutkan kehidupan dan memulai lembaran baru. Saya
ucapkan terima kasih atas semuanya. Tidak ada yang sia-sia karena Allah yang mempertemukan.
Karakter, sifat dan latar belakang keluarga yang jauh berbeda seharusnya memang
membuat kami membutuhkan adaptasi lebih dalam menjalani hubungan, namun kami
berdua sama-sama gagal membinanya sehingga saya merasa perpisahan adalah yang
terbaik. Tidak perlu dipaksakan. Suatu saat kami pasti akan menemukan pasangan
terbaik yang cocok dengan kami masing-masing.
Perjalanan saya ke
Bogor keesokan harinya terasa seperti bernostalgia. Meskipun masih sedikit shock
dengan peristiwa pada malam harinya, namun rona kebahagiaan tak bisa
tertutupi dari wajah saya. Saya terlampau bersemangat untuk segera tiba dan
menginjakkan kaki kembali di Kota hujan itu. Lagi-lagi saya mengucap syukur
karena merasa inilah salah satu bentuk nikmat Allah yang dilimpahkannya kepada
saya. Pelatihan yang saya jalani kembali memperkaya wawasan dan pengalaman
saya. Pertemuan dengan orang-orang baru yang penuh optimisme memberikan
suntikan segar bagi diri saya. Sehabis
menjalani pelatihan saya melakukan reuni kecil dengan teman satu geng semasa
kuliah. Ah, betapa rindunya saya dengan mereka. Tak henti kami bercerita sambil
menikmati kuliner khas Bogor di malam minggu itu. Begitu banyak hal yang terjadi
semenjak kami berpisah dan sangat seru ketika dibahas. Jika bukan karena waktu
sebagai pemisah mungkin kami tetap akan berkumpul bersama karena bercerita pun
tak akan ada habisnya. Sahabat adalah harta karun yang tak tergantikan oleh
apapun. Mereka akan selalu ada dalam segala suasana, suka maupun duka. Saya tak
pernah menyangka akan kembali bertemu lagi dengan mereka di kota Bogor dalam
waktu yang secepat ini. Tuhan terkadang memberikan jalan di luar batas kemampuan
manusia untuk memikirkannya. Jangan lupa untuk selalu berpegang teguh bahwa
hidup senantiasa harus diisi dengan bersyukur, berdoa dan berusaha. Melalui
itulah jalan akan terbuka.
DESEMBER 2014
Bulan penutup tahun akhirnya tiba.
Sekelumit kejadian tak mengenakkan sempat saya alami dalam pekerjaan. Namun
bagi saya hal tersebut hanya batu sandungan kecil yang tak akan memberikan
pengaruh nyata terhadap prinsip hidup dan integritas saya. Selagi saya terus
meningkatkan kompetensi diri, mental serta tetap konsisten berada dalam jalur
yang benar, tidak ada yang perlu saya takutkan. Di bulan ini kedekatan saya
dengan seseorang perlahan mulai terjalin. Sifatnya yang baik, easy going
dan sangat nyambung saat mengobrol membuat saya merasa nyaman. Selain itu ia memiliki sisi tegas dan frontal
yang berusaha membimbing saya ke arah yang lebih baik. Sikap seperti itulah
yang saya rasa perlu dimiliki untuk seseorang yang nantinya akan mendampingi
saya. Suatu sore hari selepas pulang kerja saya menerima ajakannya untuk pergi
jalan. Tiba di rumah saya segera bersiap-siap menunggu jemputan. Ini kali kedua
saya keluar berdua dengannya. Sore itu kami memutuskan untuk nonton bioskop. Ada
yang berbeda di hari itu. Saya mulai merasakan chemistry antara kami
mulai terbentuk. Setelah nonton kami tidak bisa berlama-lama. Mendadak ia
ditelpon dan harus segera pulang ke rumah karena ada urusan yang harus diselesaikan.
Kami segera menuju mobil. Saat kami berdua sudah duduk, dia menyalankan tape
dan tiba-tiba terdengar alunan lagu Here, There and Everywhere milik The
Beatles. Lagu tersebut merupakan lagu favorit saya. Suasana berubah
romantis. Dia melihat ke arah saya dengan serius dan berkata “jadi gimana? “. Saya langsung menjawab “ya sudah, kalo emang
ada perlu kita langsung pulang aja”. “Bukan, maksudnya hubungan kita gimana ?
Mau coba jalanin sama-sama ?”, sahutnya. Saya sontak terdiam dan perlahan
menjawab “hmmm.. oh itu.” Sejenak saya berpikir lalu menjawab “ Ya udah kita
coba jalani”. Senyum bahagia seketika terpancar dari wajah kami berdua. Lagu The
Beatles mengalun berulang-ulang mengiringi kebahagiaan yang hadir diantara
kami saat itu.
I
want her everywhere
And if she's beside me I know I need
never care
But to love her is to need her everywhere
Knowing
that love is to share
Each
one believing that love never dies
Watching
her eyes
And
hoping I’m always there
I will be there, and everywhere
Here, there and everywhere
Ya,
malam itu kami membuat komitmen. Komitmen untuk mulai menjalani hubungan dengan
asa dan harapan yang perlahan tumbuh di hati kami masing-masing. 2015. Semoga
lebih baik J
Langganan:
Postingan (Atom)